UNTITLED….
Aku nggak tahu kenapa cewek sama cowok itu beda. Kenapa cowok kalo berambut panjang di anggep aneh dan cewek berambut cepak dianggep konyol. Emang beda sih sebenernya, cowok harus melewati masa meringis (baca:sunat) dan cewek melewati masa mules-mules ( maksud aku menstruasi )
Sore itu aku lagi nulis ni cerita yang udah ditagih sama penerbitnya selama 2 minggu. Aku diem. Cari wangsit kali aja ada ide buat aku tulis lalu aku presentasiin di depan penerbitnya. Kalo di kartun-kartun atas kepala nongol lampu gitu deh! Aku masih melongo di ujung taman di daerah Tidar, Magelang deket SMA Tanus. Aku memutar kepala melihat-lihat sekitaran. Heem… di sebelah kanan aku lagi ada segerombolan anak berseragam batik SMA. Sekitar 7 anak cewek. Aku tahu banget gimana kalo cewek-cewek udah ngumpul. Ya, secara aku juga cewek.
“ Gila, kemarin aku mergokin Andi jalan sama Ila!!! “, Kata seorang cewek berambut ala bob.
“HAAAAH??? “, temen-temennya yang lain heboh.
“ Mereka itu jalan pake jazz putih gitu “, Masi dengan cewek cerewet tadi.
“ Serius? Tajir bener si Andi “, Cewek berbadan gempal yang pake kucir merah itu kayanya shock.
Batin aku ‘ni cewek-cewek kaya nggak pernah liat orang pake mobil kali ya ? Biasa aja kali. Tu cewek-cewek girang tampilannya modis-modis tapi gaya bicaranya bener-bener di luar dugaan aku “katrok”. Titik. Jangan-jangan mereka nggak pernah naik mobil lagi! Tapi naek kontainer yang biasanya ngangkutin pasir ke kali-kali.
Di sudut taman lain, aku lihat sekumpulan keluarga kecil. Ayahnya berkumis tipis dan berkacamata, mungkin umurnya baru menginjak 30 tahunan. Ibunya masih telihat muda dengan pakaian muslim berwarna putih dengan aksen batik pada bagian depannya dan aku lihat ada seorang anak kecil perempuan sedang mencoba berdiri dari pangkuan sang Ibu.
Saat kaya gini dan melihat keluarga kecil itu, aku jadi inget masa-masa kecil aku ‘DULU’. Dulu yang bahagia, dulu yang selalu tersenyum, dulu yang dimanja, dulu yang penuh perhatian, dulu yang tiap hari Minggu bisa jalan-jalan, iya….dulu. Tapi, sekarang itu semua nggak tahu pergi kemana. Dulu…yang aku ngrasa bener-bener jadi anaknya, sekarang…aku jadi alien di rumah. Asing dengan orang tua aku. Mereka sibuk sendiri-sendiri. Mungkin aja mereka malah nggak inget punya anak. Oke, bonyok aku menuhin semua apa yang aku perluin. Tapi, semuanya jadi nggak berarti buat aku. …
Ada satu adegan dimana aku berantem sama nyokap aku di Rumah Sakit beberapa hari yang lalu di depan orang banyak.
“ Asal kamu tahu, kamu Ibu sekolahin buat belajar bukan buat dapet penyakit kaya gini lagi “, Ungkap Ibu aku dengan sepenuh jiwa raga.
“ Ibu tahu nggak sih, sakitku ini keturunan. Bukan karena sekolah aku, Bu “.
“ Tapi, kamu itu sibuk sendiri dengan kegiatan sekolah yang nggak jelas gitu. Kamu harus belajar biar kaya saudara-saudara kamu yang berhasil. Ibu nggak akan pernah lagi ngasih restu kuliah di Jakarta!!! Ngerti “.
Dalam batin aku ‘ Apa pernah Ibu ngasih sayang ke aku ?Apa Ibu nggak ngrasa kalo dia juga sibuk sendiri ?Apa Ibu ngrasain sakitku ini? Sakit yang udah dinyatain sembuh 3 tahun lalu tapi kambuh lagi seminggu yang lalu. Aku nggak ngerti sama nyokap aku. Apa sih yang ada di pikiran dia. Mustinya dalam keadaan kaya gini, dia nguatin anaknya. Tapi buktinya, kebalikan….
Segala impian aku buat kuliah di UI akhirnya emang harus di tanggalkan…
Tepatnya 2 hari setelah deadline aku dari sekolah kelar. Jadi panitia TO dan pensi. Aku ngrasain apa yang dulu pernah aku rasain. Dada aku sesek, darah ngrasa mengalir ke kepala semua, nyeri dada, muntah dan akhirnya pingsan….
Aku sama nyokap akhirnya check up ke Rumah Sakit. Akhirnya, dokter yang mriksa aku bilang dan memvonis aku suatu penyakit ganas yang dulu waktu aku SD udah dinyatain sembuh. Waktu itu pikiran aku heng, dodol cimahi, nggak tau musti ngapain. Aku shock.
Dari kecil aku paling benci sama dokter. Tega-teganya dia bilang kalo aku kena penyakit yang bisa bikin aku lumpuh dan akhirnya mati. Dokter itu bilang kaya gitu waktu aku masih umur 6 tahun dan ke ulang waktu aku berumur 16 tahun. Mungkin, dulu aku nggak tahu apa-apa. Tapi sekarang…aku udah ngerti semuanya. Hidup aku tinggal sementara.
Walaupun sakitku ini kembali, orang tua aku nggak berubah. Malah tambah menjadi. Mereka cuma bisa ingetin aku buat makan obat…obat dan obat. Pernah suatu hari, karena aku muak dengan hidup ini, semua obat aku buang ke kolam. Aku cekokin obat itu ke ikan-ikan ayah aku dan 4 hari setelahnya tuh ikan demek pada mati semua.
“ Aku udah nggak berharga!!! Hidup aku udah nggak lama. Nggak ada yang ngerti. Semuanya ngrasa nggak dianggep sama aku!!!! Apa kalian ngganggep aku? Sekarang idup aku pake obat…. “, Teriak aku sama cowok aku.
Dia nunduk di hadapan aku, “ Aku harus gimana ? Maaf…. “.
Bagi aku kata maaf udah nggak berarti lagi. Kenapa saat aku ngrasa ada yang lagi perhatian, ada yang ngasih aku sayang melebihi orang tua aku, dan aku lagi sayang sama orang itu, aku divonis penyakit kaya gini ???
Aku merasa Tuhan tuh nggak adil. Aku down. Aku butuh semangat…
“ Aku hidup udah nggak lama lagi. Lagian masih banyak cewek diluar sana yang nggak penyakitan kaya aku !!! “, Masih dengan kemarahanku.
Aku lihat, cowokku nangis “, Apapun penyakitmu, seberapapun parahnya aku tetep sayang sama kamu. Aku yakin, kamu pasti sembuh. Kamu harus kuat “.
Tiba-tiba di tengah pertengkaran kita…. Semuanya kembali, aku ngrasain dadaku sakit, nafas nggak teratur dan aku lihat semuanya hitam….
“ Bangun, Ra….. “.
“ Dek…bangun,…. “.
Beberapa saat kemudian aku membuka mata perlahan. Lalu melihat keadaan di sekeliling. Semuanya cemas. Aku lihat ada Wina,Iam,Dwind, Kak Phond dan….cowok aku udah disebelah aku. Kemudian mata aku beralih ke arah cowok aku.
“ ….maafin…aku nggak bisa jadi yang kamu harepin…. “., Aku nangis.
“ Aku yakin, kamu sembuh “.
“ Iya, Dek. Kamu jangan putus asa. Kita nggak mau kalo kamu ngomong kaya gitu lagi. Mati sama hidup itu udah di rencanain sama Allah. Jadi, kamu jangan ngomong kaya gitu “, Ucap Iam, yang dari tadi sibuk ngipasin aku.
Sejenak aku ngrasain panas di hidung.
“ Kok idung aku panas ? “.
“ hahahaha. Iya, tuh tadi cowok lu ngasih balsem “, Kata Wina cekikan.
Assemmm!!!! Panas!!! Aku langsung nglirik cowokku.
“ Hihihi…maaf “.
“ Eh, Dek…tadi waktu pingsan kamu tuh udah di sendawain sama Kak Phond tapi nggak sadar-sadar. Ya udah di kasih balsem “, Ucap Dwind kemudian.
Acara pingsan itupun berubah jadi acara lawakan temen-temenku.
Aku sadar. Ternyata toh masih banyak yang sayang sama aku. Yah, seasing apapun orang tua aku,separah apapun vonis dokter, aku harus tetep bersyukur sama Tuhan kalo aku masih di kasih hidup sampai sekarang.
Iya. . .
Mungkin kita merasa sudah tidak punya harapan lagi di dunia ini. Orangtua kita sendiri pun sepertinya tidak menganggap kita ada. Kita berdoa dan meminta kepada Tuhan untuk mengambil nyawa kita. Tapi ingatlah bahwa Tuhan tidak akan mengabulkan permintaan kita itu. Tuhan sudah punya rencana yang lebih indah, dibalik segala penderitaan dan keluh kesah kita, pasti sudah tersembunyi satu kebahagiaan yang tiada taranya. Sudah disiapkan sesuatu yang akan membuat kita tenang, tentram dan sejahtera baik diluar maupun didalam hati kita.
Ingat…cara orangtua kita untuk menyayangi kita seringkali tidak kita sadari dan kita mengerti. Mereka mungkin tidak mengabulkan atau mengiyakan keinginan atau permintaan kita, tetapi mereka menginginkan yang terbaik untuk kita, mereka pastinya sayang sama kita, mereka pastinya cinta sama kita.Kita hanya belum cukup dewasa untuk memahami apa yang orangtua kita inginkan.
Mungkin aku juga putus asa atas penyakit aku yang sepertinya tidak ada harapan lagi untuk sembuh. Tapi justru karena mengetahui kondisi kita seperti itu, kita seharusnya tidak boleh putus asa, kita harus semangat, kita justru malah harus lebih menghargai hidup kita yang indah ini.
Jangan pernah lagi kamu meminta Tuhan untuk mengambil nyawa yang sudah Dia berikan padamu. Dia menciptakan kamu lewat orangtuamu, dia sudah memercayakan kamu pada orangtuamu. Kalau Tuhan sudah memercayakan kita pada orangtua kita pastinya Tuhan yakin bahwa kita akan bahagia dengan orangtua kita, Tuhan yakin bahwa orangtua kita akan merawat kita, membimbing kita, melindungi kita.
Jadi, percaya saja bahwa kita akan bahagia.
Dan satu lagi. . .
Foto pemandangan yang sangatlah indah sebelumnya adalah negative yang berwarna hitam, tidak indah sama sekali untuk dilihat, lalu dicuci di ruangan yang gelap, hanya dilengkapi cahaya merah yang redup. Jadi, seperti hidup kita, berawal dari negative yang berwarna hitam kelam yang sepertinya tidak ada harapan lagi untuk kita. Lalu hidup kita mulai mendapat secercah cahaya walaupun hanya cahaya merah yang redup sama seperti saat negative dicuci. Dan akhirnya menjadi foto pemandangan yang indah, penuh warna, penuh makna, dan penuh dengan kebahagiaan yang terkandung didalamnya. Jadi, percayalah bahwa hidup kita sudah direncanakan, sudah diarahkan oleh Tuhan, tinggal bagaimana kita menjalaninya dan menghargai kesempatan yang sudah Tuhan berikan kepada kita.
Matahari telah memancarkan sinarnya yang dahsyat dan menutup matanya di balik bukit. Dengan berakhirnya aku nulis ni cerpen, aku pengen segala sakitku ini juga segera berakhir. Aku nutup laptop dan memandang keluarga kecil itu lagi “ semoga kalian bahagia ya? Jangan pernah sia-siain apa yang telah kalian dapatkan “, bisik aku kemudian.
Pud
No comments:
Post a Comment